Berita

Riset Indef: Mayoritas Warganet Tak Setuju dengan Subsidi Kendaraan Listrik

Salah satu Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di rest area. Foto: PLN
Hasil riset Institute for Development of Economics and Finance (Indef), mengungkap bahwa mayoritas warganet tak setuju dengan kebijakan subsidi mobil listrik.
“Kami menemukan bahwa 80 persen masyarakat tidak sepakat dengan subsidi kendaraan listrik atau mereka mengkritik kebijakan tersebut,” terang Data Analyst Continuum Indef, Wahyu Tri Utomo, Senin (22/5/2023).
Ini berdasarkan analisa 18.921 pembicaraan tentang subsidi kendaraan listrik, dari 15.139 akun media sosial, pada periode 8 sampai 12 Mei 2023.
Pengecasan mobil listrik Wuling Air ev di SPKLU Puspiptek, Serpong. Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparan
“Salah satunya mereka menilai pembeli mobil listrik itu bukan mereka yang butuh subsidi, didasarkan pada asumsi secara harga relatif mahal,” lanjutnya.
Di pasaran, harga mobil listrik masih relatif tinggi. Termurah ada yang banderolnya Rp 243 dan Rp 299 juta. Namun di atas itu, kini kebanyakan harga mobil listrik rata-rata di atas Rp 700 juta.
“Maka hampir dipastikan bahwa kalangan menengah bawah tidak akan mampu membeli mobil listrik. Ini dinilai bahwa, lho, ini kemungkinan yang beli dari kalangan menengah atas, maka kenapa yang atas diberi subsidi, bukankah itu kurang pas,” katanya.
Test Drive Hyundai IONIQ 5. Foto: Muhammad Ikbal/kumparan
Temuan Indef berlanjut. Warganet turut menanyakan sasaran subsidi harga mobil listrik.
Katanya, salah seorang akun menyampaikan pendapat bahwa subsidi mobil listrik kemungkinan bancakan peng-peng, yang merujuk pada pejabat yang memiliki kekuasaan sekaligus menjadi pengusaha.
“Secara tersirat ada semacam ketakutan conflict of interest pejabat, dia menjabat di pemerintahan punya power atas kebijakan, di satu sisi yang secara kebetulan ada irisan dengan kebijakan yang dikeluarkan dan itu memunculkan kecurigaan dari masyarakat,” pungkasnya.
Wuling Air ev versi mobil dinas polisi lalu lintas. Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparan
Dua alasan tadi merupakan topik perbincangan utama terkait mayoritas warganet menolak subsidi mobil listrik. Sebanyak 58 dari 80 persen dari total sampel mengkritik subsidi menguntungkan segelintir pihak.
Di samping itu, ada juga penolakan pengurangan harga jual mobil listrik yang dilandaskan bahwa pemberian subsidi kurang tepat. Lantaran pembeli mobil listrik sebelum adanya subsidi sudah mengantre.
“Ini berarti minat pasar tinggi, kalau niat pasar tinggi kenapa masih disubsidi, untuk apa disubsidi, ke mana dan untuk siapa,” imbuhnya.
Test drive dari mobil listrik Hyundai IONIQ 5. Foto: Muhammad Haldin Fadhila/kumparan
Selebihnya 20 persen pembicaraan mendukung adanya kebijakan ini. Mereka menilai subsidi solusi paling pas mengurangi emisi, didasarkan mobil listrik zero emission.
“Ada juga yang menyampaikan subsidi ini pemacu untuk membuat industri kendaraan listrik maju dulu, kalau misalnya sudah sekiranya ‘bisa mandiri’ maka subsidi dicabut,” jelasnya.
Sumber : kumparan.com

Leave a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Articles

Surya Paloh: Anies Baswedan adalah yang Terbaik Sebagai Calon Pemimpin Negeri

Ketum Partai NasDem Surya Paloh memberikan sambutan menjelang pendaftaran Anies Baswedan dan...

Doa Ibunda Anies Baswedan untuk Pasangan AMIN

Bacapres dan bacawapres dari Koalisi Perubahan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (AMIN) mengawali kegiatan...

Anies Baswedan Awali Pendaftaran Capres dengan Shalat Subuh Berjemaah Bersama Keluarga

Bakal calon presiden Koalisi Perubahan Anies Baswedan mengawali hari pendaftaran calon presiden...

Anies Baswedan Dinilai Memiliki Keunggulan Diplomasi Luar Negeri Dibanding Bakal Capres Lainnya

Di tengah kondisi global yang sangat dinamis mulai dari eskalasi konflik beberapa...