Pelan tapi pasti. Bakal calon presiden (Capres), Anies Rasyid Baswedan terus melakukan konsolidasi. Setelah Malang dan Ponorogo, pada Rabu (24/5/2023) malam, Anies menggelar konsolidasi dengan tim relawan, partai pengusung, dan warga pendukung di Taman Dayu, Kabupaten Pasuruan, Jatim.
Pertemuan dan konsolidasi Anies dengan tim relawan dan partai pengusung, serta warga pendukungnya dikemas dengan format acara, “Anda Bertanya Anies Menjawab” di Golf Resort Taman Dayu. Acara itu berlangsung sejak pukul 19.30 WIB hingga 23.00 WIB. Tak kurang sebanyak 600 orang dari berbagi daerah di Jatim hadir di kegiatan tersebut.
Ada sejumlah pertanyaan yang disampaikan para relawan dan warga. Misalnya, Luluk Muawwanah, relawan dari Sidoarjo, dengan menangis tersedu-sedu mengungkapkan rasa takutnya Anies tak bisa nyapres, karena dizalimi dan dicurangi kekuatan lain yang ingin menggagalkan pencapresan Anies.
Selain itu, ada juga peserta pertemuan yang menanyakan sejumlah persoalan aktual di masyarakat. Misalnya, bagaimana pandangan Anies soal mafia tambang. Sebab, kata si penanya, menurut Abraham Samad (mantan Ketua KPK), kalau mafia tambang dihilangkan, maka seluruh penduduk Indonesia bisa dapat subsidi dan atau fasilitas layanan publik dari negara sekibar Rp20 juta per bulan.
Sementara itu, seorang peternak mengeluh karena sekarang ini peternak, khususnya ternak ayam, hancur karena ada pengusaha besar yang bergerak dari sektor hulu sampai hilir di bidang peternakan. Akibatnya, banyak peternak kecil gulung tikar.
“Khusus di Kota Surabaya, masalah Surat Ijo tak pernah ada penyelesaian tuntas. Masalah ini muncul di setiap pemilu dan pilkada,” ujar Arief Haryanto, peserta pertemuan dari Kota Surabaya ketika menyampaikan pertanyaan kepada Anies.
Merespon sejumlah pertanyaan dari peserta pertemuan, Anies, mantan Gubernur DKI Jakarta 2017-2022, menyatakan, Kabupaten Pasuruan memiliki relasi historis panjang dan lama dengan latar belakang keluarga besarnya. “Mbah Buyut saya dari Pasuruan, tepatnya dari Bangil. Rasanya sekarang ini saya seperti pulang kampung,” ujarnya.
Dia menambahkan, forum malam ini terasa luar biasa, karena yang hadir para pejuang dan yang disampaikan atau ditanyakan adalah masalah-masalah strategis bangsa. “Republik ini dibangun oleh pejuang dan sekarang masih banyak pejuang di sekitar kita,” tambahnya.
Mantan rektor Universitas Paramadina Jakarta ini mengungkapkan, aset terbesar bangsa bukan tambang batubara, emas, perak, tembaga, dan lainnya. Tapi manusia Indonesia yang harus kita bangun secara utuh.
“Soal kurikulum, yang harus dibangun bukan kurikulumnya, tapi kualitas gurunya. Pendidikan bukan hanya menyiapkan tenaga kerja, tapi menyiapkan manusia berakhlak,” katanya mengingatkan.
Tentang problem riil yang dihadapi peternak skala kecil dan mikro, secara tegas Anies menyampaikan bahwa tata kelola niaga Indonesia, khususnya di sektor peternakan, tidak adil dan tak berpihak kepada kepentingan peternak kecil. Fenomena serupa ditemukan di sektor pertanian, perkebunan, dan banyak sektor perekonomian lainnya. “Pengusaha tidak tahu harga jual dan tidak ada kepastian,” ungkapnya.
“Negara kita ini kaya raya. Apa susahnya memberi kesejahteraan kepada rakyat. Karena itu, rasa keadilan harus diberikan kepada rakyat. Contohnya, UMK upah buruh di Jakarta lebih bisa memberi kesejahteraan. Begitu pun tentang Surat Ijo, sudah ada contoh penyelesaian mirip masalah ini di Jakarta dengan pola penyelesaian berdasarkan rasa keadilan,” tegas Anies.
Sumber : beritajatim.com
Leave a comment