Bacapres Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan menyampaikan sejumlah kritik kepada pemerintah. Kritikan tersebut mulai dari maraknya KKN hingga kualitas jalan non tol yang tak memperhatikan rakyat kecil.
Pengamat politik dan Executive Director of Developing Countries Studies Center (DCSC-ASIA), Zaenal A. Budiyono mengatakan, kritikan Anies tersebut merupakan level baru dalam ‘serangan’ terhadap kebijakan pemerintah.
“Belum lama ini persaingan antar Bacapres memasuki level baru setelah Anies Baswedan (ABW) mengeluarkan ‘serangan’ terkait sejumlah kebijakan pemerintah. Mulai dari tuntutan akses yang sama terhadap setiap Capres untuk bertarung, jangan ada penjegalan, mafia APBN, korupsi, pentingnya adu gagasan daripada sekadar lari dan posting di sosmed (pencitraan), hingga kinerja membangun jalan nasional yang diklaim lebih baik era sebelumnya daripada pemerintahan saat ini,” kata Zaenal lewat keterangan tertulisnya, Selasa (23/5).
Menurut Zaenal, langkah Anies tersebut baik dalam berdemokrasi. Di negara maju, cara Anies dalam adu gagasan juga sering dilakukan untuk merebut hati pemilih dan demi kemajuan bernegara.
“Untuk kali pertama sejak Pilpres langsung 2004, pertarungan gagasan sudah mulai sejak dini. Biasanya gagasan (visi & misi) baru akan menjadi topik saat tiba masa Debat Capres. Pilihan strategi ABW yang mengedepankan serangan terhadap kebijakan merupakan kabar baik bagi demokrasi. Pasalnya, memang seharusnya para Capres mengambil opsi itu jika ingin merebut hati pemilih. Hal yang sama berlaku di banyak negara demokrasi mapan, di mana adu gagasan (serangan terhadap kebijakan pemerintah oleh Capres oposisi) adalah sesuatu yang lazim. Demokrasi juga memberi ruang yang luas kepada setiap kandidat untuk menawarkan alternatif kebijakan terbaik, demi kemajuan negara dan keadilan sosial,” ujarnya.
Adu Gagasan Anies Direspons Negatif Pendukung Ganjar hingga Prabowo, Disebut Omdo hingga Kebanyakan Janji
Kritikan Anies tersebut telah direspons berbagai kalangan terutama dari pemerintah, partai pendukung pemerintah hingga pendukung bacapres Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto.
Zaenal menilai respons dari pihak yang berseberangan dengan Anies menunjukkan hal negatif. Mereka justru menyebut pernyataan Anies sebagai ‘modal omdo’ hingga ‘kebanyakan janji’.
“Sayangnya tawaran debat gagasan ABW justru direspons negatif oleh para pendukung Prabowo Subianto (PS) maupun Ganjar Pranowo (GP), yang sepintas denial (penolakan) terhadap kritik tersebut. Mereka justru menyerang balik ABW sebagai Capres yang ‘hanya modal omdo’, ‘pintar bernarasi’, atau ‘kebanyakan janji’. Respons semacam ini jelas sebuah kemunduran demokrasi, karena itu menandakan kegagalan pendidikan politik,” imbuhnya.
“Mungkin itu hanya sikap pendukung PS dan GP, dan semoga bukan sikap beliau berdua. Justru dengan adanya ‘tantangan’ adu gagasan dari ABW, itu bisa menjadi media, baik PS dan GP untuk menunjukkan kelasnya. Dalam arti, jika serangan ABW terbukti hanya klaim, maka mereka berdua bisa menyajikan data pembanding, atau strategi yang lain,” lanjutnya.
Lebih lanjut Dosen Fisip Universitas Al-Azhar menuturkan, adu gagasan merupakan hal yang baik dalam pendidikan politik pemilih. Publik juga akan mendapat informasi yang baik terkait sosok para kandidat.
Dia menambahkan, adu gagasan sebaiknya juga dilakukan bacapres lainnya sehingga tercipta Pilpres yang mencerdaskan dan tidak hanya jual beli suara.
“Bagi voters, sajian adu gagasan jauh-jauh hari juga sangat baik, sebagai bagian dari pendidikan politik pemilih. Dengan semakin sesaknya saluran-saluran komunikasi publik oleh gagasan dan pikiran, maka dengan sendirinya itu akan mereduksi praktik jual-beli suara atau mobilisasi suara. Sebab praktik semacam ini biasanya berjalan pada kelompok pemilih yang tidak mendapat informasi yang cukup terhadap apa yang akan dilakukan para kandidat jika terpilih. Dengan kata lain, adu gagasan antar capres akan meningkatkan kecerdasan politik kolektif dalam waktu singkat. Semoga saja setelah ABW, capres yang lain segera menjawab tawaran adu gagasan itu dengan ide, visi, dan misi yang tak kalah hebat. Jika itu terjadi, maka Pilpres akan berlangsung menarik, sekaligus mencerdaskan. Bukan sekadar Idol Contest yang membosankan,” pungkasnya.
Sumber : kumparan.com
Leave a comment